Peria
|
|
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
M. charantia
|
|
|
Momordica charantia
|
Tanaman ini berasal dari kawasan Asia Tropis, terutama
daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini
masuk ke wilayah Indonesia. Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di
berbagai daerah di wilayah Nusantara.
Nama Latin (istilah ilmiah): Momordica charantia, anggota suku labu-labuan atau Cucurbitaceae
ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binomialnya berarti “
gigitan” yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas
gigitan.
Penyebutan nama tanaman di daerah-daerah atau nama
lokal: Paria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa disebut sebagai paria,
pare, pare pahit, pepareh. Di Sumatera, paria dikenal dengan nama prieu, fori,
pepare, kambeh, paria. Orang Nusa Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap,
paliak, pariak, pania, dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya
dengan poya, pudu, paria, belenggede, serta palia.Ini menunjukkan tanaman ini
sudah tersebar di pelosok daerah.
Inggris: bitter gourd atau bitter melon
Nama lain: African Cucumber, Ampalaya (Filipina), Karela (India), Balsam Pear,
Balsam-Apple, Balsambirne, Balsamine, Balsamo, Bitter Apple, Bitter Cucumber,
Bittergurke, Carilla Fruit, Carilla Gourd, Cerasee, Chinli-Chih, Concombre
Africain, Courge Amere, Cundeamor.
Pemerian dan
ekologi
Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha
sampingan. Paria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar
di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di sawah atau
pekarangan dengan dirambatakan di pagar. Pare ditanam sebagai penyelang pada
musim kemarau. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang terlalu banyak
sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Pare
tergolong tanaman semak semusim, yang hidupnya menjalar atau merambat, dengan
sulur berbentuk spiral. Banyak bercabang, berbau tidak enak. Daunnya tunggal,bertangkai
dan letaknya berseling, berbulu,
berbentuk lekuk tangan dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari
5-7, pangkalnya berbentuk jantung serta warna hijau tua. Batangnya massif
mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua
gundul, warna hijau.Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu
pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning muda. Buahnya buni, bulat memanjang,permukaan
bergerigi warna hijau, kuning sampai jingga bila masak yang pecah dengan tiga
daun buah, dan rasanya pahit. Biji keras, warna coklat kekuningan. Berbuah
tanpa mengenal musim.
Kegunaan
Paria, memang bukan sayuran favorit karena rasanya
yang pahit. Namun, tanaman ini sudah sejak lama dipakai oleh nenek moyang kita
dan juga di Cina sebagai obat.
Di Negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea dan
Cina, paria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan
pencernaan,perangsang nafsu makan, penyembuh sakit kuning,obat malaria, minuman
penambah tenaga (tonikum), obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah
diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai 0bat herbal/jamu.
Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat dan pigmen
(zat warna). Daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Sementara itu,
akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinya
mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Mengandung
beta-karoten dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu
mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan
jantung ataupun infeksi virus. Rasa pahit berasal dari enzim kukurbitasin yang
mampu berfungsi sebagai tonikum. Diutemukan pula oleh peneliti di University of
New York senyawa sejenis protein alpha
momocharin atau protein MAP 30 yang dapat menghambat pembiakan penyebab
AIDS. Buah muda dianggap lebih berkhasiat dibandingkan dengan buah paria matang
yang berwarna kemerahan.
Khasiat Buah
1. Disentri
2. Kencing Manis
3. Bisul
4. Bronkitis
Khasiat Daun
1. Bisul dan cacing kremi
2. Sakit pada hati
3. Penyubur rambut
4. Batuk
5. Bekas luka
6. Wasir
7. Kemandulan (impoten)
8. Penyakit kulit
9. Rabun senja
Khasiat Akar
1. Disentri amuba
2. Wasir
Ekstrak biji paria selain digunakan sebagai bahan
obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami seperti larva
Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
Sejak zaman
purba peria digunakan untuk merawat penderita kencing manis karena terbukti
berkhasiat hipoglikemik melalui insulin nabati yang mengurangi kandungan gula
dalam darah dan air kencing. Penelitian mengenai khasiat hipoglikemik ini
dilakukan oleh William D. Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in
vivo. Efek peria dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja
dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan. Selain itu diduga peria
memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea, yakni obat antidiabeter paling
tua. Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pancreas tubuh memproduksi
insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di
hati. Momordisin, sejenis glukosida yang terkandung dalam peria juga mampu
menurunkan kadar gula dalam darah dan
membantu pancreas menghasilkan insulin. Efek peria dalam menurunkan gula darah
pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin.
Penemuan peria sebagai anti diabetes ini
diperkuat oleh hasil penelitian ahli obat berkebangsaan Inggris , A. Raman dan C.lau pada tahun 1996
yang menyatakan bahwa sari dan serbuk kering buah peria menyebabkan pengurangan
kadar glukusa dalam darah dan meningkatkan toleransi glukosa.
Juga diperoleh
data bahwa buah peria mengandung sedikitnya 3 zat aktif sebagai anti diabetes
yaitu charantin yang dikonfirmasi mempunyai efek menurunkan kadar gula darah,
vicine dan komponen seperti insulin yang dikenal sebagai polypeptide-p. Zat-zat
ini baik sendiri maupun bersama-sama membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Juga diketahui mengandung Lectin yang menurunkan konsentrasi glukosa darah oleh aksinya pada jaringan perifer dan penekanan nafsu makan mirip efek insulin pada otak.
Dalam ramuan tradisional, buah peria ditumbuk
hingga menghasilkan cairan pahit atau merebus daun serta buahnya sehingga
menghasilkan air yang dapat diminum secara langsung. Sebagai obat diabetes,
buah peria dapat disajikan sebagai teh karena terbukti tidak memiliki efek
samping terhadap system pencernaan sehingga tepat dikonsumsi oleh penderita
yang mengalami konstipasi
(Perhatikan ada Efek Samping jika terlalu berlebih: air liur berlebih, muka kemerahan, penglihatan kabur, sakit perut, mual, muntah, diare, kelemahan otot )
Resep/ramuan:
Diabetes Melitus/kencing
manis
Sediakan 200g buah pare yang sudah dicuci. Iris tipis-tipis,
lalu rebus dengan 3 gelas air hingga bersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring
air rebusan. Minumlah air ramuan ini setiap hari.
Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan. Tambahkan
setengah gelas air matang. Aduk dan peras. Minum sebanyak 1 ramuan. Diulang
selama 2 minggu.
Perhatikan ada efek samping
jika terlalu berlebih:
Diare: konsumsi lebih dari 2 buah dalam sehari mungkin
dapat menyebabkan nyeri perut atau diare. Hindari pemakaian dengan lambung
kosong.
Hipoglikemia
Kehamilan : Wanita hamil seharusnya menghindari makan
terlalu banyak paria atau jus paria karena merangsang uterus yang dapat
menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.
Alkaloid dan
toksitas: paria mungkin mengandung zat alkaloid seperti quinine dan morodicine,
resin dan saponic glycosides, yang
mungkin tidak dapat ditoleransi oleh beberapa orang yang menmyebabkan gejala
seperti air liur berlebih, muka kemerahan, penglihatan menurun, diare dan
kelemahan otot.
KULINER
Sedangkan
dalam dunia kuliner Asia, paria sebenarnya merupakan salah satu sayuran
favorit. Terutama pada masakan Cina, Taiwan, Vietnam, India dan Filipina. Buah paria
yang biasa disayur adalah yang masih hijau, belum masak. Boleh dilalap dengan
sambal tomat, ditumis atau dibuat siomay, dibuat pecal dan gado gado. Di Cina
paria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi dan cabai atau diisi dengan adonan daging dan
tofu, sedangkan di Jepang paria jadi primadona makanan sehat karena diolah
menjadi sup, tempura atau asinan sayuran. Kalau sudah diolah, rasa pahit paria
tidak begitu terasa lagi. Rasa pahitnya dapat dikurangi dengan mencampur buah
paria dengan garam. Remas, bilas dan tiriskan. Paria siap diolah.
Namun, kalau Anda mengharapkan
kedatangan si kecil, sedang hamil (dapat menyebabkan abortus pada hewan
percobaan), menyusui (tidak ada cukup data tentang keamanan walaupun dapat
memperlancar ASI) atau kadar gula darah cenderung rendah sebaiknya jangan makan
buah ini. Mengonsumsi bersamaan dengan obat diabetes dapat menyebabkan kadar
gula darah yang terlalu rendah.