Halaman

Rabu, 18 Mei 2011

Cacar air

TAHUKAH ANDA TENTANG CACAR AIR

Oleh : dr Lusia
Cacar air (varisela)

            Cacar air merupakan penyakit infeksi virus akut yang sangat menular disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV). Cacar air berbeda dengan cacar atau infeksi kulit yang disebabkan oleh virus Pox (Pox Virus Variolae) yang gejalanya sangat berat dan bisa menimbulkan kematian atau bila sembuh ditandai dengan bopeng-bopeng yang buruk. Untunglah negeri kita sudah terbebas dari cacar jenis ini, sedangkan cacar air lebih ringan dari cacar dan tidak mematikan. Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kulit. Namun cacar air dapat merupakan penyakit berat dengan 20% kematian dalam masa bayi baru lahir (< 1 bulan) tanpa kekebalan dari ibu, bayi premature, dan bayi tidak normal ,< 6 bulan jika diberikan dalam 3 hari pemaparan.

Menular
           
Penyakit cacar ini cepat sekali menular pada orang-orang di lingkungan penderita. Menyerang terutama anak-anak dan kadang-kadang juga orang dewasa. Bila menyerang orang dewasa gejala biasanya lebih berat.
            Cacar air ditularkan melalui udara dari percikan ludah, batuk dan bersin atau berpindahnya isi cairan (penularan yang terjadi sentuhan kulit ke kulit) atau benda-benda yang telah terkontaminasi dari lepuhan cairan kulit si penderita..
            Sejak mulai kemerahan di kulit sampai 2 minggu cacar air berlangsung penderita dapat menularkannya.( Masa aktif penularan penyakit cacar air adalah 1-2 hari sebelum bintil pertama muncul , hingga 6-7 hari setelah bintil terakhir muncul.  Apabila lesi telah berubah menjadi krusta (keropeng/mengering), pasien tidak menularkan penyakit. Lewat masa tersebut, secara klinis anak sudah tidak akan menularkan penyakitnya lagi. Artinya, dia sudah dapat mulai diperbolehkan berdekatan atau bermain dengan orang lain. ) 
          Jika mengenai ibu hamil, dapat menular kepada janin dan 2% diantaranya akan mengalami kelainan bawaan. Sepertiga dari bayi baru lahir dapat tertular dari ibu yang menderita cacar air pada 5 hari sebelum dan 2 hari setelah melahirkan. 

Air di daun talas

           
Penyakit cacar air menyerang kulit. Mula-mula demam, kemudian tampak kemerahan di kulit. Pada bercak-bercak kemerahan kulit ini tumbuh gelembung cacarnya. Tampak seperti air di daun talas. Ukurannya tidak seragam. Biasanya muncul di dada, punggung, wajah dan lengan serta kaki. Rasanya gatal dan mudah pecah. Jika masih dalam keadaan yang berisi air, kita harus menjaga agar gelembung-gelembung itu tak pecah. Soalnya bila tak pecah dan diberi obat yang baik, maka akan diserap oleh tubuh sehingga tak meninggalkan bekas. Lesi juga terdapat pada selaput lendir.
Gambar distribusi kelainan kulit (rash) pada penderita cacar air


                              

Kekebalan
           
Penting diketahui bagi anak yang pernah kena cacar air akan mengalami kekebalan tapi kekebalan ini sifatnya sebagian. Jadi satu saat bisa kena cacar lagi apabila kondisi tubuh sedang menurun. Penyakit cacar orang dewasa namanya herpes kulit. Juga supaya daya tahan tubuh selalu bagus, imunisasi cacar air juga membantu dalam arti kalaupun terkena infeksi biasanya akan ringan saja gejalanya.

Pencegahan
           
Disamping imunisasi wajib juga diberikan vaksin cacar air dengan dosis tunggal pada anak-anak usia 1-15 tahun sebagai upaya pencegahan sedangkan pada usia dewasa diberikan dengan dua dosis yang berselang 1-2 bulan.Untuk  Ibu hamil tidak disarankan  diimunisasi cacar air karena efek vaksin terhadap janin belum diketahui.
Menurut   Satgas Imunisasi pada tahun 2017 mengingat:
1. Kejadian varisela di Indonesia terbanyak pada anak yang telah berinteraksi dengan anak seumurnya (awal sekolah)
2. Penularan varisela (kepada adik atau anggota keluarga yang lain) terbanyak pada saat usia sekolah, maka direkomendasikan:
* vaksin varisela diberikan mulai umur 1 tahun, terbaik sebelum masuk sekolah, dosis 0,5 ml secara subkutan. Pada anak lebih dan sama !3 tahun vaksin dianjurkan untuk dua kali selang 1 bulan.
* Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela, untuk pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam setelah penularan (dengan persyaratan kontak dipisah/tidak berhubungan).
Menurut WHO position paper tahun 2014 mengenai vaksin monovalen varisela dan herpes zoster merekonmendasikan dapat diberikan 1 atau 2 dosis (0,5 ml injensi subkutan) pada anak-anak (usia 12 bulan -12 tahun) dengan interval waktu 6 minggu sampai 3 bulan. Untuk remaja dan dewasa (usia 13 tahun ke atas) direkomendasikan diberkan dengan interval waktu 4-6 minggu. 
            Orang tua diminta menghindarkan anaknya dari kontak langsung maupun tidak dengan penderita cacar air, karena penularan cepat dan mudah lewat kontak dengan si penderita.
            Anak-anak yang diserang cacar air harus tinggal di rumah (istirahat/tiduran) sampai tidak ada panas dan jangan bersekolah hingga gelembung yang terakhir telah kering menjadi kempis dan berwarna coklat. Jika di rumah pisahkanlah dari saudara-saudaranya.Anak-anak lain yang tidak segar bugar dan belum pernah mendapat penyakit itu harus menjauhkan diri dari kena tular kalau mungkin. Langkah paling efektif dan aman adalah melakukan vaksinasi cacar air pada keluarga yang belum terjangkit. Vaksinasi segera dan masih dapat melindungi walau diberikan  walau 36 jam(3-5 hari)  setelah kontak.

Pengobatan
           
Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga agar tidak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. 
Anti virus, antibiotic bila ada infeksi tambahan pada kulit yang sudah sakit, bila demam segera diberi penurun panas disertai kompres air hangat dan bedak atau lotion untuk menghilangkan rasa gatal., anti gatal yang diminum juga boleh diberikan. Bila cacar air mengenai mulut, berikan banyak minum dan makanan yang lunak, tidak  asin, asam dan tidak terlalu pedas. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan makanan yang bergizi. 


Perawatan
            Perawatan penderita sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah pernah terjangkit cacar air.

Untuk mencegah agar gelembung-gelembung tak pecah, pakailah baju yang longgar dan boleh diberi bedak. Tetapi jika setelah gelembung  terjadi luka, pemakaian bedak harus dihentikan karena hanya akan mengotori dan memicu infeksi tambahan.
            Umumnya orang tua tak memandikan bayi/anak yang terkena cacar. Padahal salah besar ! Justru dengan mandi, bisa mencegah infeksi tambahan masukknya kuman lain (yaitu infeksi pada kulit yang sudah sakit). Jadi bila tidak mandi, kebersihan kulit tak baik, kuman gampang masuk. Sebaiknya mandikan anak bila demamnya sudah turun, jadi jika demamnya masih tinggi , jangan dimandikan dulu, tapi berikan dulu obat penurun panas untuk mengatasi demamnya.Salah satu tanda infeksi tambahan adalah adanya nanah. Biasanya keadaan seperti ini, saat penyembuhannya akan meninggalkan bekas yang kurang indah.
            Yang penting diperhatikan saat memandikan, harus hati-hati. Bila perlu gunakan tambahan antiseptic. Kemudian waktu mengeringkan badan, handuk jangan digosok-gosokkan ke kulit, cukup ditepuk-tepuk secara halus. Sebaiknya handuk tiap kali dipakai segera dicuci sampai anak sembuh.
            Selain kebersihan kulit, kuku penderita digunting pendek. Maksudnya agar tidak menggaruk cacarnya. Sebaiknya pada bayi tangan dibungkus sarung tangan karena sering tidak sadar menggaruk.
            Alas tidur sering diganti dan penderita dipisahkan dari orang sehat serumah. Pakaian juga lebih sering diganti. Maksudnya agar tidak sampai terjadi infeksi tumpangan oleh kuman lain.
 Pisahkan barang-barang yang digunakannya, seperti baju , handuk, piring, gelas, sisir atau peralatan lain. Bersihkan peralatan tersebut secara terpisah.

Senin, 09 Mei 2011

Pemberian Tetes Mata


CARA PEMAKAIAN OBAT TETES MATA

Peralatan yang diperlukan :
-         Obat tetes yang telah ditentukan untuk diberikan kepada penderita dalam suhu kamar.
-         Kalau dirasa perlu segala perlengkapan yang diperlukan untuk mencuci mata.

Tindakan :
  1. Cuci tangan dengan air dan sabun.
  2. Kalau memang dirasa perlu, cucilah mata penderita lebih dahulu.
  3. Kocok obat sehingga tercampur dengan baik.
  4. Buka tutup botol obat. Jangan menyentuh lubang penetes, untuk obat tetes sediaan mini dose
    (MD) tutup tetap dipegang, hingga obat selesai digunakan.
  5. Penderita berbaring atau duduk dengan kepala dibengkokkan kearah belakang.
  6. Tarik kelopak mata ke bawah dengan jari agar terbentuk semacam cekungan, penderita disuruh melihat ke atas.
  7. Pegang botol tetes mata sedekat mungkin dengan kantong bawah mata. Teteskan obat tegak lurus  sebanyak yang dianjurkan ke dalam cekungan (atau teteskan  sehingga mengenai seluruh permukaan
    kornea) dan tutup mata perlahan-lahan supaya obat tidak mengalir keluar. Jangan memejamkan mata terlalu kuat.(jika tetesan jatuh ke pinggiran luar kelopak mata karena berkedip atau menutup mata ulangi prosedur.)
  8. Teruskan menutup mata sampai 1-2 menit.
  9. Bersihkan kelebihan cairan dengan kapas/kasa steril atau tissue.
  10. Bila perlu untuk meneteskan obat jenis lain tunggu paling tidak 5 menit sebelum mulai menesteskan obat lain tersebut.  
  11. Jika menggunakan 2-3 obat tetes misal, tear film, antibiotik dan kortikosteroid. Maka
    lakukan berurutan yakni: tear film, antibiotik dan terakhir kortikosteroid (sesuai indikasi).
 Catatan : untuk anak < 5 tahun, obat diberikan pada saat tidur atau ketika menyusui, jangan
dipaksa membuka kelopak mata, semakin dipaksa membuka, maka kelopak semakin
menutup.
 Meneteskan obat tetes mata pada anak (diatas 5 tahun) : anak berbaring terlentang dengan kepala lurus. Setelah meneteskan obat jaga kepala tetap lurus.

 Bijak Menggunakan Obat Tetes Mata(OTM)

Jaga kebersihan kemasan obat dengan baik.
Ini karena botol obat tetes yang sudah dibuka rawan tercemar bibit penyakit. Bibit penyakit seperti virus, jamur, dan bakteri dari daerah yang sakit dapat berpindah ke kemasan obat tetes. Setelah dibuka, seka ujung botol dengan air steril atau tisu higienis.
Segera simpan OTM di tempat steril seperti kulkas, yang tidak memudahkan kuman berkembang biak. Jika sedang bepergian, simpan juga obat tetes itu dalam sebuah kotak kecil steril.
Lama penyimpanan OTM jangan sampai melebihi satu bulan. Ini karena jika obat tetes itu terlalu lama disimpan, kandungan airnya akan menyusut. Jika sebelumnya kandungan air itu 10 ml, maka bisa saja beberapa bulan kemudian kandungan airnya tinggal separuh. Konsentrasi obat pun akan semakin meninggi. Memang, masa berlaku obat ini belum habis, tapi jika obat ini tetap digunakan, maka dikhawatirkan dosisnya menjadi cukup besar dan membahayakan kesehatan. Apalagi jika obat ini digunakan beberapa kali.
Akan lebih baik lagi jika anak menggunakan OTM disposable (sekali pakai) yang kebersihannya lebih terjamin.

YANG HARUS DIHINDARI
Hindari menggunakan satu OTM secara bersama-sama, karena berisiko menularkan penyakit antara individu satu ke individu yang lain.
Hindari membeli OTM dengan kandungan antibiotik, steroid, juga penyempit pembuluh darah. Meski dapat dibeli di beberapa apotek tanpa resep dokter, obat ini termasuk golongan keras yang penggunaannya harus diawasi dokter. Jika tidak diawasi, dampaknya bisa fatal. OTM yang mengandung zat penyempit atau pengerut pembuluh mata (vaso constriction), misalnya, dapat membuat pembuluh darah mengerut, aliran darah bisa terhambat. Ini sangat berbahaya bagi mata anak, karena berisiko menimbulkan gangguan glaukoma atau gangguan penglihatan akibat rusaknya pembuluh darah di mata.
OTM yang mengandung obat keras hanya diberikan untuk penyakit mata tertentu. Jadi, lain gangguan mata, lain pula obatnya. Gangguan mata karena virus akan diberi obat yang berbeda dari gangguan mata karena bakteri atau jamur. Demikian juga dengan mata radang. Jika asal menggunakan OTM, gangguan mata bukannya sembuh tapi malah dapat menimbulkan komplikasi.