Halaman

Sabtu, 29 Oktober 2016

STROKE




\


Mengenal Stroke

Apakah stroke itu?

Stroke merupakan istilah Inggris yang berarti pukulan diartikan oleh awam dengan istilah penyakit lumpuh, padahal stroke tidak selalu disertai dengan kelumpuhan. Stroke juga disebut serangan otak. Sebutan yang terakhir ini barangkali lebih tepat karena stroke adalah kondisi yang ditandai dengan serangan otak akibat pukulan telak yang terjadi mendadak.
Dalam bahasa medis, stroke disebut CVA (Cerebro Vascular Accident)/Cerebro Vascular Disease/ Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO) atau istilah kuno apopleksia. Stroke atau manifestasi CVD adalah istilah internasional yang sudah baku untuk serangan Penyakit Pembuluh Darah Otak. CVA yang dipakai sebagai istilah kedokteran jangan dipakai lagi karena CVA menampilkan kejadian dari penyakit sebagai suatu kejadian yang tidak tersangka "accident" atau secara kebetulan oleh kalangan awam, namun seharusnya bagi setiap orang yang dapat dianggap lebih mengerti harus mengetahui adanya keadaan -keadaan yang mendasari terjadinya stroke sehingga lebih digunakan istilah CVD..



Terdapat beberapa definisi yang berusaha menjelaskan mengenai pengertian stroke:

Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau dikenal sebagai CVA atau CVD  adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral baik fokal (letak kelainan di otak) maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukan sebab lain kecuali dari gangguan vascular (PERDOSSI, 2006).
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain gangguan vascular.
Stroke adalah suatu gangguan fungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, 1999).
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stoke sekunder oleh karena trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986).
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang disebabkan terganggunya suplai darah (yang membawa oksigen dan nutrisi) ke otak. Darah dibawa ke otak, melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Darah bisa berhenti masuk ke dalam otak apabila pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah/plak, atau karena pembuluh darah rusak/pecah
Stroke adalah gangguan pada fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang menuju salah satu bagian dari otak, mengalami penyumbatan atau pada saat sebuah pembuluh darah yang ada dalam otak atau dekat otak pecah. Gangguan aliran darah ini biasanya terjadi begitu cepat..
 
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan pada stroke:
1.      Timbulnya kelainan saraf sifatnya mendadak.
2.      Biasanya ditandai dengan deficit neurologis atau gangguan saraf, dimana kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian dari otak yang terganggu.

Bagaimana Mengenali Stroke?






Secara sederhana stroke bisa dikenali/dideteksi dini melalui FAST/BEFAST/AWAS/Segera ke RS.
Segera ke RS merupakan salah satu metode deteksi dini pada penderita stroke dengan mengenali perubahan yang terjadi pada seseorang.

Di negara Inggris kementerian kesehatannya yang mengeluarkan pertama kali kampanye untuk sadar tentang gejala stroke dengan akronim " Act FAST" atau dalam bahasa Indonesia berarti bertindak cepat. Kampanye yang dilakukan oleh pemerintah Inggris disosialisasikan melalui media massa seperti iklan televisi, radio, pers, koran, leaflet, dan poster. Akronim FAST merupakan sebuah singkatan yang menandakan tiga gejala umum stroke yaitu wajah, lengan, bicara dan waktu. Pada awalnya, akronim FAST ini dikembangkan sebagai protokol utama ambulans untuk meningkatkan akurasi diagnostik para staf  medis untuk menangani stroke.  


FAST akronim yang telah diadopsi sebagai kampanye nasional untuk gejala stroke di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Inggris dengan menunjukkan kata Time atau waktu untuk menghubungi ambulans dengan segera  kalau di Indonesia dimodifikasi menjadi "Segera ke RS".


F=Facial weakness, A=Arm weakness, S=Speech disturbance, and T=Time
 
F=Face=Wajah. Mintalah orang yang Anda curigai terserang stroke untuk tersenyum. Perhatikan apakah salah satu sudut bibir tertarik ke bawah.
A=Arms=Lengan. Orang yang dicurigai stroke diminta mengangkat kedua lengan lurus ke depan dan menahannya beberapa detik. Perhatikan, apakah dia hanya bisa mengangkat satu lengan. Apabila dia bisa mengangkat dua lengan, perhatikan apakah salah satunya terlihat turun. Stroke umumnya hanya melemahkan satu sisi tubuh, entah kanan atau kiri, dan jarang menyerang keduanya secara bersamaan.
S=Speech=bicara. Mintalah orang yang dicurigai stroke untuk mengucapkan beberapa kata yang mengandung banyak huruf R, seperti ‘Orang ramai melerai kera-kera merah yang marah di pinggir rel kereta.” Dengarkan baik-baik, apakah dia bisa mengucapkan R dengan jelas atau cedal atau pelo.
T=Time=Waktu. Pada kasus stroke, penanganan pertama sangat penting. Time is brain. Golden period (waktu emas) untuk penanganan stroke adalah 6 jam setelah serangan. Bila stroke ditangani dengan baik maka kecacatan dapat ditekan serendah mungkin.  Jika seseorang mengalami tanda-tanda diatas, segera bawa ke rumah sakit atau hubungi 112.

Yang sekarang digunakan: BEFAST



Dengan Lima gejala yang harus diwaspadai:
1.      Kelemahan mendadak, mati rasa, kesemutan pada muka, tangan atau kaki.
2.      Kehilangan kemampuan berkata-kata secara tiba-tiba atau kesulitan memahami perkataan.
3.      Kehilangan penglihatan mendadak terutama pada sebelah mata atau melihat ganda.
4.      Sakit kepala hebat mendadak yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.
5.      Kehilangan keseimbangan mendadak terutama bila bersamaan dengan salah satu dari gejala di atas.

Atau dengan pemeriksaan AWAS yang cepat, dalam lebih kurang 2 menit, tanda-tanda Stroke dapat dikenali.
A= Ada gangguan bicara
W=Wajah tidak simetris
A=Anggota gerak lemah
S=Segera ke rumah sakit jika terdapat tanda tersebut di atas.




Segera ke RS merupakan akronim dari beberpa perubahan gejala yakni, SEnyum, GErak, bicaRA, KEbas, RAbun, dan Sakit kepala.
Se : Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi)/terlihat miring, tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba
Ge : Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba/gerak yang tidak lurus
Ra : bicaRa pelo/cadel, tidak lancar, tiba-tiba tidak dapat bicara: tidak mengerti kata-kata: bicara tidak nyambung
Ke : Kebas atau baal  atau kesemutan separuh tubuh
Ra : Rabun, pandangan satu mata kabur terjadi tiba-tiba
S  : Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi 

Bila Anda atau yang Anda kenal pernah mengalami tanda dan gejala-gejala di atas, periksa ke dokter secepatnya. Jika muncul tanda-tanda itu, maka penanganannya hanya ke RS. Tidak ada harus tusuk jari dengan jarum  agar keluar darah, ini mitos, karena yang rusak di otak, bukan dijari.

Apa yang harus dilakukan bila terjadi Stroke?
!!! Bila ditemukan salah satu gejala di atas, segera bawa penderita ke UGD Rumah Sakit terdekat yang memiliki fasilitas diagnostik dan penanganan stroke yang cukup memadai seperti dokter spesialis saraf dengan fasilitas penunjang CT-Scan, laboratorium, kamar perawatan ICU, serta tersedianya Unit Stroke.
Atau telp 112 (Indonesia)
Ambulans Gawat Darurat: 118
Ambulans RS yang memiliki Unit Stroke
Bila timbul gejala-gejala stroke, segera hubungi rumah sakit terdekat, lebih baik yang memiliki stroke Center. Kalau tidak mungkin membawanya mintalah segera pertolongan ambulans.
Kriteria Rujukan: Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memilik dokter spesialis saraf, terkait dengan angka kecacatan dan kematian yang tinggi. 
Dalam hal ini, perhatian terhadap therapeutic window untuk penatalaksanaan stroke akut sangat diutamakan.  

Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans sebagai berikut:
a. Personil yang terlatih
b. Mesin EKG
c. Peralatan dan obat-obat resusitasi dan gawat darurat
d. Obat-obat neuroprotektan
e. Telemedisin
f. Ambulans yang dilengkapi dengan peralatan gawat darurat, antara lain: pemeriksaan glukosa (glukometer), kadar saturasi O2 (pulse oximeter)    
 

Pengiriman (Delivery). Pilih sarana transportasi yang cepat dan terjangkau. Termasuk transportasi udara. Dengan fasilitas yang ada, AGD 118 baru bisa memberikan pertolongan paling cepat 20 menit setelah panggilan via telepon. Semestinya pelayanan pra-rumah sakit sampai di lokasi dalam durasi 4 menit.



Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, penderita stroke sering terlambat di bawa ke rumah sakit karena beberapa alasan, diantaranya:
1. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala kegawatdaruratan, pencegahan dan penanganan stroke.
2. Faktor geografis, yakni jarak tempuh menuju sarana kesehatan,
3. Keterbatasan fasilitas penunjang layanan kesehatan, seperti ketersediaan mobil ambulans untuk merujuk penderita stroke dengan cepat dan aman.   



Keberhasilan penanganan stroke ditentukan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Kecepatan penderita dirujuk secara aman ke rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai.
2. Kebersamaan kerja tim dokter ahli saraf, ahli penyakit dalam, ahli radiologi, ahli bedah saraf plus perawat handal.
3. Kelengkapan sarana penunjang layanan kesehatan. Penanganan fase emergensi ini dalam praktek sehari-hari sering terlambat. Kondisi ini sangat merugikan penderita karena berpotensi menimbulkan kecacatan menetap bahkan kematian. 

Golden Periode/Jendela Emas:






Time is Brain: 3 jam pertama dari onset 
Golden periode atau jendela emas adalah waktu yang amat berharga bagi seseorang ketika terkena stroke awal untuk segera mendapat pertolongan oleh rumah sakit yang terdekat dan mempunyai fasilitas penanganan stroke.
Waktu yang dimiliki oleh seseorang ketika terjadi stroke adalah 3-6 jam untuk segera mendapat pertolongan yang tepat di Rumah Sakit. Lebih dari jam yang tersebut diatas pasien yang terkena stroke akan dapat mengalami kecacatan yang berat, karena berat ringannya kecacatan yang ditimbulkan akibat stroke ditentukan dengan penanganan awal yang tepat dengan memanfaatkan jendela emas tersebut, disamping itu juga tergantung kepada jenis stroke yang ada pada seseorang.
Memanfaatkan waktu golden periode bagi seseorang ketika terjadi serangan stroke awal sangatlah penting, alasannya adalah apabila ketika terjadi stroke, otak perlu segera mendapat pertolongan oleh rumah sakit dan dokter yang tepat, namun jika kita melalaikan masa golden periode tersebut dengan begitu saja, itu berarti kita menyia-nyiakan harapan hidup kita yang seharusnya dapat diselamatkan oleh karena kerusakan pada pembuluh darah di otak kita makin meluas dan makin parah.
Oleh sebab itu jangan menyia-nyiakan hidup kita dengan melewati masa golden periode jika terkena stroke.

Bagaimana klasifikasi stroke?

Secara praktis stroke dapat dibagi menjadi dua macam:
1.      Stroke sumbatan (iskemik) yang dapat disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang dipercepat oleh berbagai faktor risiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen pembuluh tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen (trombosis). Sumbatan juga dapat disebabkan oleh thrombus atau bekuan darah yang berasal dari lokasi lain misalnya plak didinding pembuluh darah leher yang besar atau jantung (emboli).
2.      Stroke pendarahan (hemoragik) yang disebabkan oleh pecahnya cabang pembuluh darah tertentu di otak akibat dari kerapuhan dindingnya yang sudah berlangsung lama (proses aterosklerosis/penuaan pembuluh darah) yang dipercepat oleh berbagai faktor.

Apa itu Stroke Berat dan Stroke Ringan?
Dalam perbincangan antar kaum awam sering kita dengar istilah stroke ringan dan stroke berat untuk menjelaskan tingkat keparahan stroke. Dalam pandangan awam, stroke dianggap ringan jika penderita dapat bergerak atau beraktivitas, sedangkan stroke dianggap berat jika penderita mengalami kelumpuhan. Menurut pandangan medis, berat-ringannya stroke bukan dilihat dari kelumpuhan yang ditimbulkannya, namun ditentukan oleh lokasi dan luasnya daerah otak yang mengalami kerusakan akibat terganggunya suplai oksigen.
Stroke ringan terjadi jika terputusnya aliran darah hanya meliputi area yang sempit dan terjadi di bagian otak yang tidak rawan. Terputusnya aliran oksigen tersebut hanya berdampak ringan dan umumnya bersifat sementara saja. Jika terputusnya aliran oksigen terjadi pada area yang luas dan pada bagian otak yang vital, maka menyebabkan kelumpuhan atau berakhir pada kematian.

Apa itu TIA?
Serangan stroke sering kali datang secara mendadak, tidak terduga sebelumnya. Namun, pada beberapa kasus, terutama stroke tipe iskemik, biasanya didahului oleh semacam peringatan (warning sign), yang dikenal sebagai Transient Ischemic Attack (TIA)/praStroke/Stroke MIni/Gangguan Peredaran Darah Otak Sepintas(GPDOS).
Gejala TIA mirip dengan stroke, kecuali pada durasi waktu. TIA hanya berlangsung selama beberapa menit atau kurang dari 24 jam, dan penderita akan kembali normal seperti sedia kala (misalnya gejala kelainan neurologik timbul dalam waktu 2-5 menit dan menghilang lagi dalam waktu 2-30 menit sampai kurang 24 jam . Penderita yang mengalami TIA perlu berobat secara rutin ke dokter untuk mencegah terjadinya stroke di kemudian hari. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa mereka yang pernah terserang TIA dan tidak segera diobati, dalam jangka waktu 5 tahun berisiko terserang stroke. Namun, risiko terjadinya stroke pada penderita TIA dapat ditekan   dengan pengobatan teratur. Namun, setelah serangan otak sepintas, 20 % pasien dapat mengalami stroke dalam waktu 90 hari dan 50 % diantaranya dalam waktu 24-72 jam.
TIA harus ditangani secara serius sebagai sebuah stroke. 
Penderita TIA harus di rawat di rumah sakit untuk mengetahui penyebab dan penanggulangannya. Skor ABCD2 untuk TIA
TIA lebih banyak terjadi pada usia setengah baya dan risikonya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. kadang-kadang TIA terjadi pada anak-anak atau dewasa muda yang memiliki penyakit jantung atau kelainan darah..
Kriteria rujukan: Pasien segera dirujuk ke RS untuk penanganan lebih lanjut.
Peralatan: Pemeriksaan laboratorium, radiologi (foto toraks) dan pasien membutuhkan CT Scan atau MRI di layanan sekunder. 




Apa penyebab stroke?
Secara garis besar, GPDO dibagi menjadi:
1.      GPDO karena perdarahan.
2.      GPDO karena bukan perdarahan.
Hal demikian dapat disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Penyumbatan pembuluh darah oleh jendalan darah (thrombus atau embolus).
2.      Robek atau pecahnya pembuluh darah.
3.      Ada penyakit-penyakit pada dinding pembuluh darah.
4.      Ada gangguan susunan komponen darah.

Apakah gejala-gejala dan tanda-tanda  yang dapat timbul akibat GPDO
Gejala awal stroke yang harus diwaspadai dengan penilaian sederhana yang dikenal FAST/BEFAST, seperti yang diterangkan di atas. FAST (Facial movement, Arm movement, Speech, Test all three)
Gejala-gejala dapat muncul untuk sementara, lalu menghilang atau lalu memberat atau menetap.
Gejala yang muncul bervariasi, tergantung bagian otak yang terganggu.
Gangguan pada pembuluh darah karotis
a.       Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (arteri serebri media), dapat terjadi gejala-gejala sebagai berikut:
-          Gangguan rasa di daerah muka/wajah sesisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi
-          Dapat terjadi gangguan gerak/kelumpuhan dari tingkat ringan sampai kelumpuhan total pada lengan dan tungkai sesisi (hemiparesis/hemiplegi)
-          Gangguan untuk berbicara berupa sulit untuk mengeluarkan kata-kata atau sulit mengerti pembicaraan orang lain (afasia)
-          Gangguan penglihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan pandangan (hemianopsia)
-          Mata selalu melirik kearah satu sisi
-          Kesadaran menurun
-          Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya
-          Mulut perot
-          Pelo (disatri)
-          Merasa anggota badan sesisi tidak ada
-          Tidak dapat membedakan antara kiri dan kanan (misalnya pakaian)
-          Sudah tampak tanda-tanda kelainan namun tidak sadar kalau dirinya mengalami kelainan (misalnya jalan sudah menabrak-nabrak tapi tidak mengatakan apa-apa)
-          Kehilangan kemampuan music yang dahulu dipunyainya.
b.      Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (arteri serebri anterior, dapat terjadi gejala-gejala sebagai berikut:
-          Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa
-          Ngompol
-          Tidak sadar
-          Gangguan mengungkapkan maksud
-          Menirukan omongan orang lain (ekholali)
c.       Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (arteri serebri posterior), akan memberikan gejala-gejala antara lain:
-          Kebutaan seluruh pandangan satu sisi atau separuh lapang pandang pada kedua mata, bila bilateral disebut cortical blindness
-          Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada separuh sisi tubuh
-          Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya.
-          Kehilangan kemampuan mengenal warna
3.      Gangguan pada pembuluh darah vertebrobasilaris
-          Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia (pandangan ganda atau berbayang)
-          Jalan menjadi sempoyongan
-          Kehilangan keseimbangan
-          Vertigo atau dizziness (rasa berputar, melayang)
-          Nistagmus
-          Muntah
-          Gangguan menelan (disfagia)
-          Disartri
-          Tuli mendadak
Kadang-kadang pada beberapa penderita terutama pada perdarahan otak sering gejala yang terjadi tidak seperti tersebut di atas melainkan:
-          Timbul nyeri kepala yang sangat secara mendadak disertai muntah
-          Leher menjadi kaku
-          Mengantuk sampai koma (penurunan kesadaran)


Bagaimana cara mengdiagnosis  Stroke?
Gambaran klinis strok
Deteksi Stroke dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT Scan dan MRI
Sistem skor:
Skor ROSIER
Skore strok Hasanuddin/David Skor (Makassar)
Skor strok Djoenanaedi (Surabaya)
Algoritma strok Gajah Mada (Yogyakarta)
Pemeriksaan Ultrasonografi pembuluh darah leher dan dalam kepala (carotid ultrasound, transcranial Doppler-TCD
Angiogram, pemeriksaan radiologi untuk mengetahui kelainan pembuluh darah otak.

Apa yang dimaksud faktor risiko Stroke?
Faktor risiko Stroke adalah suatu keadaan/kondisi kesehatan atau penyakit yang ada pada sesorang yang berisiko terhadap timbulnya serangan stroke. Kondisi ini jika tidak dikendalikan atau diobati dapat memburuk dan berakibat terjadinya penyempitan atau pecah pembuluh darah otak.

Apa saja Faktor Risiko Stroke?
Faktor risiko dibagi dalam faktor risiko yang dapat dirubah/dikendalikan dan factor risiko yang tidak dapat dirubah/dikendalikan.
Faktor risiko yang dapat diubah/dikendalikan/diperkecil/diobati diantaranya:
1.      Tekanan darah tinggi
2.      Kadar lemak (kolesterol) darah yang tinggi
3.      Kadar asam urat yang tinggi
4.      Darah kental
5.      Kegemukan
6.      Stres
7.      Penyakit jantung
8.      Fibrilasi atrium
9.      Endokarditis
10.  Stenosis mitralis
11.  Infark jantung
12.  Stenosis karotis asimtomatik
13.  Riwayat TIA sebelumnya
14.  Obat-obatan (kokain, amfetamin, extasy, heroin, pil yang mengandung hormon estrogen tinggi)
15  Diduga beberapa macam  over the counter drugs yang mengandung fenilpropanolamin, efedrin dosis tinggi.
16.  Pola hidup tidak sehat ( termasuk merokok, mengonsumsi alkohol, kurang olah raga, dan pola makan yang berlebihan, narkoba; kokain, amfetamin, extasy).
Potensial bisa dikendalikan
1.      Diabetes Melitus
2.      Hiperhomosisteinemia
3.      Hipertrofi ventrikel kiri
Faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikendalikan:
1.      Usia tua
2.      Jenis kelamin
3.      Ras
4.      Herediter (Kecenderungan stroke pada keluarga (factor keturunan/genetic)
5.      Ras dan etnis
6.      Geografi
Orang-orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut diatas termasuk stroke prone person yaitu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat serangan stroke dari pada orang normal pada suatu saat selama perjalanan hidupnya bila tidak dikendalikan.

Bagaimana melacak faktor risiko?
Laboratorium, EKG, Foto toraks

Bagaimana cara mencegah stroke?
Stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup dan mengendalikan/mengontrol/mengobati factor-faktor risiko.
Pencegahan stroke dibagi menjadi :
1.      Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan (yang sangat dianjurkan) sebelum terkena stroke
Caranya adalah pengendalian faktor risiko yang dapat diobati /diubah dengan mempertahankan Gaya Hidup Sehat, yaitu:
1.      Menghentikan kebiasaan merokok
2.      Menurunkan berat badan yang berlebih
3.      Makan makanan sehat
4.      Olah raga yang cukup dan teratur
5.      Menurunkan kadar lemak yang berlebihan
6.      Kadar gula puasa normal
7.      Tekanan darah normal
8.      Suasana rendah stres
2.      Pencegahan Sekunder
Adalah upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang, caranya adalah dengan:
1.      Mengendalikan factor risiko yang telah ada seperti mengontrol darah tinggi, kadar kolesterol, gula darah, asam urat.
2.      Pengendalian gaya hidup yang berisiko stroke
3.      Minum obat sesuai anjuran dokter Anda secara teratur
4.      Control ke dokter Anda secara teratur.
3.      Pencegahan tersier. Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial.

Apakah stroke dapat diobati?
Stroke dapat diobati, dengan konsep terapi stroke mutakhir. Penderita stroke akan dapat diselamatkan dari kematian dan cacat, tepat dan akurat pada waktu terjadi serangan, khususnya stroke yang bukan perdarahan.
Berdasarkan data dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita yang dalam waktu kurang dari 12 jam setelah serangan stroke, penyembuhannya lebih baik dibandingkan dengan penderita yang datang dalam waktu lebih dari 12 jam setelah serangan.
Dibeberapa rumah sakit telah berdiri unit stroke untuk memberikan pelayanan khusus yang berkualitas bagi penderita stroke dengan melibatkan multi disipliner dari berbagai bidang kedokteran dan tenaga kesehatan dan pemberian edukasi kepada pasien.

Seberapa besar kemungkinan perbaikan setelah stroke? 
Diantara penderita stroke yang hidup, sekitar setengahnya akan pulih dengan baik, namun setengahnya yang lain akan mengalami gangguan yang menetap dan mengalami kecacatan. Perbaikan membutuhkan waktu, perbaikan optimal terjadi dalam 3 bulan pertama, kemudian perbaikan melandai antara 3-6 bulan setelah stroke, namun masih dapat terjadi perbaikan dalam 1-2 tahun setelah stroke. Perbaikan ini tergantung pada lokasi dan jenis stroke, kelainan yang diakibatkan, status kesehatan penderita sendiri dan motivasinya. Dukungan terhadap penderita stroke dibutuhkan untuk mengembalikan semangat hidupnya.

Bagaimana Dampak Ekonomi dan Sosial dari Stroke
Stroke menimbulkan dampak yang sangat besar dari segi ekonomi dan sosial karena biaya pengobatan dan perawatan sangat tinggi, disamping itu stroke juga menimbulkan dampak sosial akibat dari gejala sisa sehingga penderita tidak dapat lagi bekerja kembali seperti sediakala dan sosialisasinya dapat juga terhambat. Penderita pascastroke dengan gejala sisa permanen dapat menjadi beban ekonomi bagi keluarganya dan beban sosial bagi masyarakatnya karena tidak produktif lagi. Oleh karena itu, pencegahan stroke dengan paradigma sehat merupakan upaya terbaik dan harus menjadi salah satu program prioritas dalam kampanye penanggulangan stroke.

Strategi Penanggulangan Stroke
Sekurang-kurangnya ada 5 komponen dalam strategi penanggulan stroke’ Kelima komponen tersebut adalah:
1.      Promotif. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencegah peningkatan faktor risiko stroke di masyarakat.Termasuk upaya ini adalah kampanye atau penyuluhan  tentang gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai faktor risiko, seperti merokok, minum alcohol, inaktivitas, dan obesitas.
2.      Prevensi primer, upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan mencari dan mengobati individu yang mempunyai faktor risiko tinggi terserang stroke. Antara lain hipertensi, diabetes mmelitus, dan penyakit jantung.
3.      Prevensi sekunder untuk mencegah serangan ulang pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke atau TIA, Upaya ini diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan.
4.      Terapi stroke fase akut. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada penderita yang mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya maupun serangan ulang.
5.      Rehabilitasi. Di samping keempat komponen di atas, tidak kalah pentingnya adalah usaha meningkatkan kemandirian penderita melalui upaya rehabilitasi.